Rabu, 27 April 2016

Bisakah LGBT disembuhkan?

Melanjutkan bahasan yg lalu soal apa saja yg menjadi penyebab seseorang menjadi penyuka sesama jenis, kali ini saya akan mencoba berbagi, bagaimana cara penyembuhannya. Terutama penyembuhan ini adalah untuk orang-orang yang telah menjadi bagian dari LGBT.

Apakah LGBT bisa disembuhkan? Jawabannya adalah bisa, sangat bisa malah. Walaupun dalam keilmuan kedokteran barat homo seksual sudah tidak lagi digolongkan sebagai gangguan kejiwaan, namun masih banyak orang-orang bergelar dokter dan profesor yg cukup waras masih menggolongkan LGBT sebagai gangguan jiwa.

Bahkan hampir semua agama sepakat bahwa tidak ada manusia yang terlahir sebagai penyuka sesama jenis. Walaupun penerimaan pernikahan sesama jenis telah dilegalkan di beberapa negara, masih banyak kalangan rohaniwan yang menolak dengan tegas pelegalan pernikahan sesama jenis, bahkan mereka mengajukan banding atas putusan tersebut.

Atas dasar itulah keyakinan bahwa LGBT dapat dan sangat bisa disembuhkan mengemuka dan semakin kuat. Fakta banyaknya kaum homoseksual yang menginginkan kesembuhan dan akhirnya kembali normal meyakinkan kita bahwa ada harapan untuk kesembuhan itu. Ada kesempatan untuk kembali ke fitrah manusia yang hakikatnya hidup berpasang-pasangan dengan beda jenis tentunya untuk senantiasa meneruskan generasi.

Lalu bagaimana caranya bisa sembuh?

Tentu pembahasan kali ini saya fokuskan untuk melakukan terapi penyembuhan LGBT kepada diri sendiri atau bagaimana caranya mendorong kesembuhan kepada orang-orang terdekat kita yg mengalami orientasi seksual suka dengan sejenis.

"Makna dari komunikasi adalah respon yang diperoleh" begitu kira2 prinsip berpikir NLP atau biasa disebut presuppositions. Artinya setiap peristiwa adalah netral, tergantung bagaimana kita menyikapinya.

Ada 2 orang anak yg jatuh dalam keadaan yg sama, anak perama menyikapinya sebagai sebuah malapetaka, tetap dalam kondisi jatuhnya dia menangis menjadi, berakhir stress karena keadaan terjatuh tadi. Anak kedua terjatuh dalam posisi yang sama, namun dengan gembira dia bangkit sambil tertawa riang gembira.

Sebuah keadaan tidak bermakna apa-apa, pikiran manusialah yang memberikan makna terhadap peristiwa tersebut. Saya memiliki dua orang teman yg berbeda, namun peristiwa yang menghampiri hidupnya sangat mirip. Keadaan ekonomi yang nyaris sama, namun mereka berdua menyikapi hidup dengan keadaan yang 180 derajat berbeda. Masalah yang pernah menghampiri keduanya adalah sama, yaitu di tinggal mati orangtuanya sejak kecil. Si anak pertama tumbuh menjadi saudagar yang kaya raya dan hidup mapan, sedang anak yang satunya berakhir menjadi seorang yang selalu meminta-minta, bukan menjadi pengemis maksud saya, namun dirinya hidup memprihatinkan meminta belas kasihan orang, gali lubang tutup lubang dan tidak pernah punya pekerjaan tetap. Walau keduanya sama-sama menuntaskan pendidikan formalnya sampai S1 dan bahkan dari jurusan yang sama.

Dalam perilaku seksual menyukai sesama jenis, hal ini juga terkait peristiwa dan sikap mental saat itu dalam menghadapinya. Keadaan yang sudah terjadi tersebut memang tidak dapat dirubah secara nyata, namun dalam keadaan imajinasi, keadaan tersebut dapat dirubah.

"Imajinasi lebih penting daripada fakta" kalimat ini sangat tersohor, dan itu memang benar adanya. Faktanya pikiran anda tidak dapat membedakan mana imajinasi dan mana fakta. Sesuatu yang telah tertanam dalam bawah sadar anda, akan selalu diakui menjadi kebenaran (fakta) bagi pikiran anda, terlepas seberapa mustahilnya keyakinan semu tersebut.

Keadaan mental seorang anak yang tidak siap menghadapi peristiwa traumatis maupun sugestif yang terjadi ketika kecil dan mengakibatkan gangguan kejiwaan yaitu kecintaan terhadap sesama jenis dapat diselsaikan dengan kembali ke masa terjadinya peristiwa tersebut secara artifisial.

Mungkin saat itu mental tidak siap, namun dalam keadaan dewasa pasti mental tersebut sudah berubah. Kita akan menggunakan mental dewasa untuk melakukan 'reframing' atau melihat kembali suatu peristiwa dari sudut pandang yang lain. Kita kembali ke masa anak-anak saat terjadinya peristiwa tersebut dan menyelsaikannya dengan mental dewasa kita.

Cara kerja terapi penyembuhan LGBT adalah sesederhana itu. Sayangnya hal ini hanya berlaku untuk masalah yang sudah jelas penyebabnya, sudah jelas akarnya. Namun bila belum jelas penyebabnya, diperlukan pengkondisian tertentu (biasanya dengan hipno investigasi dengan tingkat kedalaman trans yang memadai) untuk menggali informasi lebih jauh lagi.

Karena peristiwa traumatis yang terjadi, seringkali menyebabkan "self defence mechanism" aktif dan mengunci kejadian tersebut agar tidak dapat diakses. Tujuannya jelas untuk melindungi seseorang dari kemungkinan buruk akibat peristiwa tersebut. Dalam beberapa kasus, seseorang yang tidak mampu menangani suatu peristiwa traumatis dapat berakhir menjadi gila.

Namun dalam hipnoterapi, ada prosedur agar perustiwa yang terkunci tadi dapat dibuka dengan aman, dengan kesadaran diri penuh dan dalam lindungan seorang terapis tentu saja.

Intinya adalah prinsip bahwa "all hypnosis is self hypnosis" atau semua hipnosis adalah hipnosis pada diri sendiri, maka dalam proses hipnoterapi sekalipun diperlukan kesadaran diri untuk mengakui dan mengingkan kesembuhan tersebut. Tanpa adanya kerelaan, maka proses hipnoterapi tidak akan terjadi.

Mungkin sedikit yang bisa saya bagikan ini dapat bermanfaat, dan bila anda, keluarga, teman atau orang2 di sekitar anda membutuhkan pertolongan dan berada di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya, anda dapat menghubungu saya

Mr. Reed Wanadi
Master of Clinical Hypnotherapy
081227711010

Salam Cemerlang

Tidak ada komentar: